Andaikata Rasulullah Menjadi Tamu Kita...

11:08 / Comments (0) / by SeLaMbeR


Bayangkan apabila Rasulullah dengan izin Allah tiba-tiba muncul mengetuk pintu rumah kita. Beliau datang dengan tersenyum dan muka bersih di muka pintu rumah kita, Apa yang akan kita lakukan?

Mestinya kita akan sangat berbahagia, memeluk beliau erat-erat dan lantas mempersilahkan beliau masuk ke ruang tamu kita. Kemudian kita tentunya akan meminta dengan sangat agar Rasulullah sudi menginap beberapa hari di rumah kita.





Beliau tentu tersenyum........

Tapi barangkali kita meminta pula Rasulullah menunggu sebentar di depan pintu kerna kita teringat Video CD yang ada di ruang tengah dan kita tergesa-gesa memindahkan dahulu video tersebut ke dalam.

Beliau tentu tetap tersenyum........

Atau barangkali kita teringat akan lukisan wanita setengah telanjang yang kita gantungkan di ruang tamu kita, sehingga kita terpaksa juga memindahkannya ke belakang secara tergesa-gesa.
Barangkali kita akan memindahkan ayat Allah dan Muhammad yang ada di ruang belakang dan kita meletakkannya di ruang tamu.

Beliau tentu tersenyum.......

Bagaimana bila kemudian Rasulullah bersedia menginap di rumah kita? Barangkali kita teringat bahwa kita lebih hafal lagu-lagu barat daripada menghafal Shalawat kepada Rasulullah SAW.
Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui sedikitpun sejarah Rasulullah SAW karena kita lupa dan lalai mempelajarinya.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengetahui satu pun nama keluarga Rasulullah dan sahabatnya tetapi hafal di luar kepala mengenai anggota AF atau nama artis2.

Barangkali kita terpaksa harus menyediakan satu bilik mandi menjadi ruang shalat. Atau barangkali kita teringat bahwa perempuan di rumah kita tidak memiliki koleksi pakaian yang sopan untuk berhadapan kepada Rasulullah.

Beliau tentu tersenyum........

Belum lagi koleksi buku-buku kita. Belum lagi koleksi kaset kita. Belum lagi koleksi karaoke kita.Kemana kita harus menyingkirkan semua koleksi tersebut demi menghormati junjungan kita?

Barangkali kita menjadi malu diketahui junjungan kita bahwa kita tidak pernah ke masjid meskipun azan berbunyi.

Beliau tentu tersenyum........

Barangkali kita menjadi malu kerna pada saat Maghrib keluarga kita sibuk di depan TV.

Barangkali kita menjadi malu kerna kita menghabiskan hampir seluruh waktu kita untuk mencari kesenangan duniawi.

Barangkali kita menjadi malu kerna keluarga kita tidak pernah menjalankan shalat sunat.

Barangkali kita menjadi malu karena keluarga kita sangat jarang membaca Al-Qur'an.

Barangkali kita menjadi malu bahwa kita tidak mengenal tetangga-tetangga kita.

Beliau tentu tersenyum.......

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah menanyakan kepada kita siapa nama tukang sampah yang setiap hari lewat di depan rumah kita.

Barangkali kita menjadi malu jika Rasulullah bertanya tentang nama dan alamat tukang penjaga masjid di kampung kita.

Betapa senyum beliau masih ada di situ........

Bayangkan apabila Rasulullah tiba-tiba muncul di depan rumah kita. Apa yang akan kita lakukan? Masihkah kita memeluk junjungan kita dan mempersilakan beliau masuk dan menginap di rumah kita?

Ataukah akhirnya dengan berat hati, kita akan menolak beliau berkunjung ke rumah kerna hal itu akan sangat membuat kita sibuk dan malu.

Maafkan kami ya Rasulullah.........

Masihkah beliau tersenyum?

Senyum pilu, senyum sedih dan senyum getir........

Oh betapa memalukannya kehidupan kita saat ini di mata Rasulullah........

Fikiran yang terbuka dan mulut yang tertutup merupakan suatu kombinasi kebahagiaan.

Jangan jadikan Penghalang sebagai hambatan, tetapi jadikan sebagai pendorong aktiviti.

Siapa yang mendiamkan saja kejahatan maharajalela, dia itu membantu kejahatan!

Sehalus-halusnya musibah adalah ketika dekatnya kita denganNya perlahan-lahan dirampas dan itu biasanya petanda dengan sebab menurunnya kualiti ibadah.


0 comments:

 
Share